Kamis,
10 Juli 2014
Aku bukan orang yang gila kebersihan, lebih dari itu mamaku
sering mengomel lantaran sikapku yang cuek dan tidak ambil pusing untuk
bersih-bersih rumah.
Saat libur semester seperti saat ini, sehari-harinya aku
hanya berlalu lalang di dalam rumah, ke dapur untuk makan, ke ruang keluarga
untuk menonton TV, ke kamar untuk tidur, ke halaman belakang untuk menjemur
pakaian, ke kamar mandi untuk mandi.
Kira-kira seperti itulah aku dalam tiga
bulan ini, merasa merdeka, berada di atas awan, bebas dari tanggung jawab untuk
piket sapu-pel koridor kosan, kuras tandon, bersih-bersih dapur, kuras kamar
mandi, sikat-sikat tempat cuci baju, dan tugas-tugas mulia lainnya.
Meski demikian, aku juga bisa merasa seperti akan gila dan
bersikap hiperaktif ketika lantai rumahku kotor.
Kepala dan telingaku menjadi
panas, dadaku terasa sesak, dan membuatku ingin berteriak. Rasanya aku siap
kerja rodi dalam satu hari itu untuk membersihkan seisi rumah, bahkan mengepel
atap pun aku bersedia. (bo’ong....)
Teman,
Wajarnya orang akan bahagia jika ada hajatan di rumahnya
sebab sanak saudara dan tetangga sekampung akan berkumpul saat itu, saling
bercengkerama, saling berbagi cerita.
Namun aku justru merasa tidak nyaman
ketika ada banyak orang di rumahku. Kenapa? Karena rumahku akan bising, riuh,
kotor, dan kebebasanku menjadi terganggu.
Pada akhirnya, sebagai tuan rumah aku merasa seperti akan
mati karena harus berpura-pura bernafas padahal aku kesulitan untuk itu.
Aku
harus berpura-pura senang dan tersenyum padahal sejatinya aku merasa tidak
nyaman dengan semua itu.
Aku tidak membenci hal-hal seperti itu, hanya saja aku
merasa kurang nyaman. Mungkin aku perlu sedikit lebih dalam merenungkan sifatku yang seperti ini.
:)
ih sama bangetlah
ReplyDeletesama dalam hal apa?
Delete