Selepas sholat subuh keinginan memposting sesuatu di blog tiba-tiba muncul. Sudah satu bulan lebih sejak postingan terakhirku di bulan Oktober. "Apa ya, mau bahas apa ya?" entahlah, yang penting hidupin laptop dulu, buka blogger, dan mulai cetak-cetik keyboard. Aku suka bunyi keyboard yang ditekan-tekan. Suaranya lucu dan menggemaskan.
Mmmh, Malang sudah mulai memasuki musim hujan, tiga hari berturut-turut kosan banjir dan membuat repot semua orang. Alhamdulillah, setelah penantian panjang sejak bulan September, akhirnya Allah mengguyur bumi Malang tercinta dengan air penuh barokah. Semua orang bersuka cita dengan hujan yang turun, payung yang sudah dipersiapkan di dalam tas akhirnya bisa dibuka lebar-lebar.
Hujan benar-benar merupakan anugerah dari Allah. Beberapa orang berfoto, mengabadikan momen-momen kebersamaan dengan sejawat mereka. Aku memilih berjalan pelan, menikmati aroma khas tanah yang lama merindukan hujan. Sesekali kugerak-gerakkan kepala, naik turun, ke kanan dan ke kiri mengikuti irama lagu di tengah syahdunya gerimis romantis.
Teman, ada yang tahu seperti apa aroma hujan?
Aromanya khas, agak manis, dan menyegarkan. Secara ilmiah aroma khas yang muncul saat hujan dinamakan Petrichor. Istilah ini diciptakan pada tahun 1964 oleh dua ilmuwan Australia yang mempelajari bau cuaca basah. Petrichor berasal dari reaksi kimia antara minyak yang dikeluarkan tanaman selam periode kering dengan senyawa kimia yang diproduksi oleh bakteri Actinomycetes dalam tanah. Senyawa inilah yang menciptakan aroma Petrichor yang menenangkan ketika hujan turun.
Aroma lain yang terkait dengan hujan adalah ozon. Selama badai terjadi, petir dapat memisahkan oksigen dan molekul nitrogen di atmosfer. Mereka pada gilirannya dapat bergabung kembali menjadi oksidanitrat. Zat ini berinteraksi dengan bahan kimia lain di atmosfer membentuk ozon yang memiliki bau tajam tetapi samar-samar seperti klorin. Ketika seseorang mengatakan mereka dapat mencium bau hujan datang, mungkin angin dari badai tersebut telah membawa molekul ozon yang sudah terpecah ke indera penciuman.
Mmmh, Malang sudah mulai memasuki musim hujan, tiga hari berturut-turut kosan banjir dan membuat repot semua orang. Alhamdulillah, setelah penantian panjang sejak bulan September, akhirnya Allah mengguyur bumi Malang tercinta dengan air penuh barokah. Semua orang bersuka cita dengan hujan yang turun, payung yang sudah dipersiapkan di dalam tas akhirnya bisa dibuka lebar-lebar.
Hujan benar-benar merupakan anugerah dari Allah. Beberapa orang berfoto, mengabadikan momen-momen kebersamaan dengan sejawat mereka. Aku memilih berjalan pelan, menikmati aroma khas tanah yang lama merindukan hujan. Sesekali kugerak-gerakkan kepala, naik turun, ke kanan dan ke kiri mengikuti irama lagu di tengah syahdunya gerimis romantis.
Teman, ada yang tahu seperti apa aroma hujan?
Aromanya khas, agak manis, dan menyegarkan. Secara ilmiah aroma khas yang muncul saat hujan dinamakan Petrichor. Istilah ini diciptakan pada tahun 1964 oleh dua ilmuwan Australia yang mempelajari bau cuaca basah. Petrichor berasal dari reaksi kimia antara minyak yang dikeluarkan tanaman selam periode kering dengan senyawa kimia yang diproduksi oleh bakteri Actinomycetes dalam tanah. Senyawa inilah yang menciptakan aroma Petrichor yang menenangkan ketika hujan turun.
Aroma lain yang terkait dengan hujan adalah ozon. Selama badai terjadi, petir dapat memisahkan oksigen dan molekul nitrogen di atmosfer. Mereka pada gilirannya dapat bergabung kembali menjadi oksidanitrat. Zat ini berinteraksi dengan bahan kimia lain di atmosfer membentuk ozon yang memiliki bau tajam tetapi samar-samar seperti klorin. Ketika seseorang mengatakan mereka dapat mencium bau hujan datang, mungkin angin dari badai tersebut telah membawa molekul ozon yang sudah terpecah ke indera penciuman.
Selain memasuki musim hujan, UMM juga memasuki satu musim baru, yaitu musim gugur.
Gambar ini diambil di jalanan depan perpustakan pusat, gedung yang tampak yaitu gedung SC (Student Center). Jalanan depan perpustakaan memang banyak memiliki pohon besar berbunga kuning kecil-kecil. Bunga-bunga ini berguguran di bulan-bulan tertentu, salah satunya di bulan November ini.
"Serasa di luar negri", begitu kata teman-teman. Memang kalau dilihat sekilas pemandangan ini tak beda jauh dengan pemandangan musim gugur di luar negri. Bunga-bunga kecil berwarna kuning berjatuhan menimpa baju dan tas kami. Saat angin berhembus, tumpukan bunga-bunga itu beterbangan sesuai arah angin, sungguh menyejukkan mata.
Ini adalah motovasi dari Allah, penyemangat untuk bisa segera kuliah S2 di luar negri, dan menyaksikan musim gugur yang sebenarnya. Aamiiin :)
0 comments:
Post a Comment