Wednesday, 4 March 2015

Toleransi Itu Ada Karena Kita Berbeda



Pelajaran hidup rupanya tidak melulu kita dapatkan di kampus, di acara-acara motivasi, di kajian keagamaan, di training untuk menggali potensi diri, dan lain sebagainya. Lebih dari itu, pelajaran hidup bisa kita dapatkan dimana saja, di rumah, di jalan, di pasar, di terminal, di warung makan, di masjid, di mall, di parkiran, bahkan di toilet umum sekalipun.
Dan jangan berpikiran sosok penyampainya selalu orang-orang elit dengan gaya yang selangit, kemana-mana diantar mobil mewah, sehari-harinya mengenakan produk-produk dengan brand mahal, berjas, bersepatu, dan berdasi. 

Tidak selalu begitu.

Bisa saja sosok tersebut hanyalah seorang anak kecil yang berbaju kotor dengan muka sangat lusuh karena sehari-harinya ia bergulat dengan jalanan ibukota, menjajakan koran, mengamen, atau membersihkan kaca mobil saat lampu merah menyala, atau bisa juga dia adalah seorang ibu-ibu penjual jamu gendong yang tiap sore lewat depan kosan menawarkan jamunya, atau tukang sol sepatu yang saban harinya mangkal di seputaran gapura kelurahan. 

Nampaknya siapapun bisa saja menjadi objek perantara tersampainya suatu pelajaran hidup pada hati kita, dan hal itu juga bisa terjadi dimana saja.

Seperti halnya kemarin, saat mengikuti mata kuliah Peraturan Pangan aku mendapatkan pelajaran hidup yang benar-benar mengesankan. Dan jika diteliti lagi, rasanya hampir tidak ada kaitannya dengan mata kuliah yang diajarkan saat itu.

Singkat cerita, kemarin sore dosenku menyampaikan pembelajaran mengenai pentingnya dibuat suatu peraturan pangan. Tiba-tiba sang dosen mengaitkannya dengan toleransi terhadap sesama. Kurang lebih yang dikatakan Beliau seperti ini,

"Manusia itu tidak sama, bahkan kembar pun berbeda, jika kamu menghendaki seseorang yang sama persis dengan dirimu, maka berkacalah di depan cermin untuk menemukannya"

Karena berbeda itulah, maka wajar jika perselisihan itu pasti akan selalu ada. Sebab pada dasarnya otak manusia itu didesain untuk berpikir pada jalannya masing-masing. Sehingga akan sangat tidak mudah untuk menyatukan dua individu yang notabene memiliki kepala berbeda untuk berpikir sepakat akan suatu hal. 

Disitulah kita harus belajar untuk bertoleransi, memahami orang lain, berusaha menerima perilaku, cara berbicara, pemikiran, dan kebiasaan orang lain yang tentu saja berbeda dengan diri kita.

Memang, realisasi hal tersebut tidak semudah ucapannya. Namun kembali lagi, manusia itu bukanlah makhluk yang sempurna, yang suci dan tidak pernah berbuat kesalahan. Intinya, aku, kamu, dan kita semua itu sama di mata Tuhan.

Kadang dengan tanpa kita sadari diri kita menjadi sombong, berpikir bahwa kita adalah yang terhebat, selalu benar, paling cantik, paling pintar, paling kaya dan paling bisa segalanya. Sehingga kita mengharapkan orang-orang yang ada dalam lingkaran kehidupan kita adalah orang-orang yang sama dengan kita, minimal sepemikiran dengan kita.

Atau paling tidak kita pernah sedikit menyepelekan orang, mengaggap remeh kemampuan orang, memandang sebelah mata akan pencapaian seseorang, tersenyum sinis dan bergumam, "Ah, begini saja tidak becus".

Pernah kan?

Aku yakin pasti pernah...

Sebenarnya,

Siapa kita? Apa lebihnya kita daripada orang lain? Apa hebatnya diri kita? Kalau toh ada kelebihan pada diri kita, itu semua adalah milik Allah, pemberian dari Allah. Banggakah kita menyombongkan sesuatu yang sebenarnya bukan milik kita tetapi itu milik orang lain?

Sombong sekali jika menganggap orang lain lebih rendah daripada diri kita. 

Sombong sekali jika menganggap diri kita adalah panutan yang harus ditiru semua orang. 

Sombong sekali jika kita tidak mentolerir orang lain hanya karena dia berbeda dari kita. 

Sombong sekali..

Bahkan di dunia ini yang boleh sombong hanyalah Allah, karena sombong itu adalah selendangnya Allah.

Sedangkan kita?
Apa yang akan kita sombongkan?
:)


Hmmmm,
Tentu aku, dan kalian semua menginginkan hidup yang damai, tenang, dan bisa saling mengasihi. Semua itu bisa terwujud asalkan kita bisa saling berbuat baik, menghargai sesama, tidak saling menonjolkan diri sendiri, dan selalu berpikir positif dalam menjalani hidup.

Sepertinya ada satu hal yang perlu kutekankan untuk diriku sendiri pada khususnya dan kita semua pada umumnya, bahwa jika kita menebar kebaikan , maka kebaikan yang lebih besar akan datang pada kita.

Toleransi Itu Ada Karena Kita Berbeda Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Unknown

0 comments:

Post a Comment